Beberapa waktu lalu, saya dan teman, melakukan perjalanan sepekan ke Singapura dan Malaysia. Jangan bayangkan selama itu kami berfoya-foya di sana. Kami ke Singapura mengikuti konferensi internasional dengan dana sangat terbatas. Saat akan mengikuti konferensi, yang ada dipikiran saya adalah ingin melihat seperti apa negara tetangga yang sangat maju tersebut. Secara pribadi saya sangat ingin keliling dunia dan memiliki banyak pengalaman, maka tanpa pikir panjang dengan bekal 100 dolar Singapura kami berangkat.
Masuk negara Singapura saat melewati pemeriksaan imigrasi di bandara, seseorang harus sudah mengetahui di mana akan menginap nantinya selama di sana, sehingga sangat disarankan sebelum barangkat ada baiknya sudah memesan penginapan atau hotel dari Indonesia melalui situs online. Kendalanya adalah harga penginapan sangat mahal di sana. Harga paling murah saja berkisar 25 dolar Singapura atau setara dengan Rp 175 ribu per hari per orang dengan satu kamar di pakai sekitar empat sampai enam orang. Harga tersebut sangat mahal apalagi untuk ukuran mahasiswa dengan uang pas-pasan seperti kami.
Beruntung, kami memiliki teman yang sangat baik di Singapura. Teman kami bukan dari Indonesia melainkan teman dari negara lain yang tinggal dan bekerja di Singapura. Partner saya tinggal di apartemen seorang teman berkewarganegaraan Philipina, sedangkan saya sendiri tinggal di apartemen seorang teman berkewarganegaraan Korea.
Sebelum menginjakkan kaki di Singapura yang ada dalam bayangan kami, Singapura adalah negara yang sibuk dan angkuh, namun siapa sangka banyak sekali kebaikan dan persahabatan yang kami dapatkan. Saat kami sampai di bandara Changi, keadaan sudah sangat malam dan kami relatif buta menggunakan transportasi umum ala Singapura yaitu MRT. Tanpa disangka seorang ibu keturunan etnis China dengan sabar menunjukan caranya pada kami, bahkan menemani sampai tempat pemberhentian yang kami tuju. Saat sampai di tujuan dan bingung mencari alamat di tengah malam buta, seorang wanita muda mengantarkan saya sampai alamat yang saya tuju.
Tak hanya di situ saja, selama di Singapura saya mendapat sambutan hangat dari teman yang bersedia berbagi tempat tinggal dengan saya tersebut. Beliau warga negara Korea yang menjadi dosen di Singapura. Darinya saya belajar banyak hal tentang hemat energi dan peduli lingkungan. Konferensi yang berlangsung selama tiga hari juga memberi banyak ilmu baru khususnya tentang energi berkelanjutan yang ramah lingkungan. Selain itu juga telah mempertemukan kami dengan banyak pelajar dari berbagai negara di Asia pasifik yang memiliki pemikiran cerdas.
Meski sangat singkat perjalanan kami, namun begitu banyak hal baru yang kami dapatkan. Tidak heran Singapura sangat maju, hal tersebut tercermin dari sikap setiap individu di sana yang sangat peduli lingkungan serta tidak sembarangan menggunakan energi. Jalanan sangat bersih, semua tertib membuang sampah pada tempatnya, lampu dan air digunakan sangat efisien, di berbagai tempat semua peralatan mandi dan toilet didesain hemat air, hampir semua peralatan juga dirancang agar bisa didaur ulang. Seseorang juga tidak segan-segan menegur temannya saat lupa tidak mematikan lampu di malam hari. Singapura sangat tertib, hemat energi, megah serta ramah baik kepada sesama maupun pada lingkungan. Alangkah indahnya jika Indonesia yang indah ini juga bisa meniru Singapura.
http://wawasanfadhitya.blogspot.com/
http://wawasanfadhitya.blogspot.com/
sumber: http://www.surya.co.id/2011/10/15/mengadopsi-keunggulan-singapura
|
|
0
comments
0 comments:
Komentar di: Mengadopsi Keunggulan Singapura
Berkomentarlah dengan sopan dan pastikan komentar anda bukan spam. Komentar spam akan dihapus.